Halaman

Sabtu, 01 Desember 2012

Biografi Jean H. Dunant

(Bapak Palang Merah).
Jean Henry Dunant lahir pada tanggal 8 Mei 1828 di Jenewa, Swiss. Ia putra pertama dari Jean-Jacques Dunant dan istrinya Antoinette Dunant Colladon. Pada usia 18 tahun, dia bergabung dengan perhimpunan Amal Jenewa. Pada tahun berikutnya, bersama teman-temannya, dia mendirikan perkumpulan yang disebut "Thursday Association", sebuah kelompok anak muda
tanpa ikatan keanggotaan resmi yang melakukan prtemuan rutin untuk mempelajari Bibel dan menolong kaum miskin. Waktu senggangnya banyak dia habiskan untuk mengunjungi penjara dan melakukan kegiatan sosial. 

Pada tahun 1849, ketika berusia 21 tahun, Dunant terpaksa meninggalkan College Calvin karena prestasi akademisnya buruk. Dia kemudian menjadi pekerja magang di perusahaan penukaran uang bernama Lullin et Sautter. Setelh masa magangnya selesai dengan prestasi baik, dia diangkat sebagai karyawan bank tersebut.Pada tahun 1853, Dunant mengunjungi Aljazair, Tunisia, dan Sisilia karena ditugaskan oleh perusahaan yang melayani “wilayah-wilayah jajahan Setif”, yaitu perusahaan bernama Compagnie genevoise de Colonies de Sétif. Meskipun pengalamannya kurang, Dunant berhasil menyelesaikan penugasan tersebut dengan memuaskan. Terinspirasi oleh pengalaman perjalanan tersebut, Dunant untuk pertama kalinya menulis sebuah buku, yang dia beri judul Notice sur la Régence de Tunis (Kisah tentang Regensi di Tunisia). Buku ini diterbitkan pada tahun 1858.

Pada tahun 1856, Dunant mendirikan perusahaan yang beroperasi di wilayah-wilayah jajahan luar negeri dan, setelah memperoleh konsesi lahan dari Aljazair yang ketika itu berada di bawah pendudukan Prancis, dia juga mendirikan perusahaan perkebunan dan perdagangan jagung bernama Société financière et industrielle des Moulins des Mons-Djémila (Perusahaan Keuangan dan Industri Penggilingan Mons-Djémila). Namun, lahan dan hak atas air yang dijanjikan tidak kunjung ditetapkan dengan jelas, sedangkan otoritas kolonial di Aljazair juga bersikap kurang kooperatif. Oleh karena itu, Dunant memutuskan untuk meminta bantuan secara langsung kepada Kaisar Napoleon III dari Prancis, yang ketika itu sedang berada di Lombardi bersama pasukannya. Prancis sedang berperang di pihak Piedmont-Sardinia melawan Austria, yang ketika itu menduduki banyak dari wilayah yang dewasa ini bernama Italia. Markas Napoleon terletak di kota kecil bernama Solferino. Dunant menulis sebuah buku yang isinya penuh sanjungan dan pujian bagi Napoleon III untuk dia hadiahkan kepada kaisar tersebut. Kemudian dia melakukan perjalanan ke Solferino untuk bertemu secara pribadi dengan Napoleon III.

Dunant tiba di Solferino pada petang hari tanggal 24 Juni 1859, tepat ketika pertempuran antara kedua pihak tadi baru saja selesai. Sekitar 38 ribu prajurit bergeletakan di medan tempur dalam keadaan terluka, sekarat, atau tewas, dan tidak tampak ada upaya yang berarti yang dilakukan untuk memberikan perawatan kepada mereka. Dalam keadaan terguncang melihat pemandangan itu, Dunant berinisiatif mengerahkan penduduk sipil setempat, terutama kaum perempuan, untuk memberikan pertolongan kepada para prajurit yang terluka dan sakit. Karena persediaan alat-alat dan obat-obatan yang diperlukan tidak memadai, Dunant sendiri mengatur pembelian material yang dibutuhkan itu serta membantu mendirikan rumah sakit darurat. Dia berhasil meyakinkan penduduk setempat untuk melayani para korban luka tanpa melihat di pihak mana mereka bertempur, sesuai dengan slogan “Tutti fratelli” (Kita semua bersaudara) yang diciptakan oleh kaum perempuan dari kota Castiglione delle Stiviere tak jauh dari tempat itu. Dia juga berhasil membujuk pihak Prancis untuk membebaskan dokter-dokter Austria yang mereka tawan.

Dimasa tuanya Dunant tinggal di panti jompo di Heiden hingga akhir hayatnya. Menurut para juru rawatnya, tindakan terakhir yang dilakukan Dunant dalam hidupnya ialah mengirimkan satu eksemplar buku tulisan Müller kepada ratu Italia disertai surat pengantar dari Dunant sendiri. Dunant meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 1910, dan kata-kata terakhirnya ialah “Kemana lenyapnya kemanusiaan?” 

Itulah sedikit kisah yang dapat kami rampung mengenai Pendiri Palang Merah.

Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Henry_Dunant, 
Comments
1 Comments

1 komentar: